Thursday 18 December 2014

PENELITIAN HADIS "Doa Sebelum Makan"



PENELITIAN HADIS
HADIS DOA SEBELUM MAKAN

A.    PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari perkara-perkara yang sederhana dan mendasar seperti makan, minum hingga perkara-perkara yang rumit dan kompleks. Salah satu bentuk aturan islam dalam aspek kehidupan adalah dianjurkannya berdoa sebagai pengiring perbuatan, baik sebelum maupun sesudahnya. Dalam hal ini adalah doa sebelum makan. Doa sebelum makan ini sering diajarkan pada anak-anak. Sebuah doa yang terbaik adalah doa yang ma’tsur. Yakni doa yang berasal dari hadis Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami tertarik untuk meneliti hadis doa makan yang selama ini diajarkan dan diamalkan di lembaga pendidikan, seperti sekolah dan TPA atau TPQ

B.     HADIS DOA MAKAN
A’mal al-Yaum wa al-Lailah, Bab Ma Yaqul fi ath-Tha’am Idza Qaruba Ilaih Juz II, Hal 327, Nomor : 456, Cet Muassasah ar-Risalah, Beirut edisi Faruq Hammadah.



C.    HADIS PENDUKUNG
Hadis doa makan tersebut ditakhrij oleh Ibn Sunnî di dalam A’mal al-Yaum wa al-Lailah, Bab Ma Yaqul fi ath-Tha’am Idza Qaruba Ilaih Juz II, Hal 327, Nomor : 456, Cet Muassasah ar-Risalah, Beirut edisi Faruq Hammadah. Dengan lafal sanad dan matannya sebagai berikut:



Hadis ini juga ditakhrij ole hath-Thabrani di dalam ad-Du’a, bab , Bab al-Qaulu ‘Inda Khudur ath-Tha’am Juz I, Hal 278, Nomor : 888, Cet Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut edisi Musthafa ‘Abd al-Qadîr Atha . Dengan lafal sanad dan matannya sebagai berikut:




D.    BAGAN PERAWI




A.    BIODATA PERAWI
a.      Biografi
No
Nama lengkap
Tahun Lahir-Wafat
Guru
Murid
1.
Fadhal bin Sulaiman
(Biodata tidak ditemukan)
-
-
-
2.
Hisyam bin ‘Ammar  bin Nashir bin Maisarah as-Sulami atau azh-Zhifri ad-Dimasyqi
w. 245 H
Ibrahim bin Musa al-Makki, Radîh bin ‘Athiyah al-Quraisyi, Sa’id bin Yahya dan lainnya.
Fadhal bin Sulaiman, Abu ‘Ubaid al-Qasim,
3.
Muhammad bin ‘isa bin al-Qasim bin Sumai’ ad-Dimasyqi Mula Mu’awiyah al-Quraisyi
w. 206
Zaid, Waqid, Humaid ath-Thawil, Ubaidullah bin ‘Umar, Ruh bin al-Qasim, Ibn Abi Dzi’bin dan lainnya. 
Hisyam bin ‘Ammar, ‘Abd al-Rahman bin Yahya, al-‘Abbas bin al-Walid ad-Dimasyqi dan lainnya.
4.
Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah.
-
‘Atha’, Nafi’, ‘Amr bin Syu’aib dan lainnya.
Muhammad bin ‘Isa bin Sumai’,menurut Ibn Hajar, muridnya ini adalah satu-satunya murid yang dimiliki rawi ini.
5.
‘Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash
-
Ayahnya yaitu Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr, Sa’id bin al-Musayyab, Thawus, dan lainnya.
Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah, Hassa bin ‘Athiyyah, az-Zhuhri, Ibn Juraij dan lainnya.
6.
Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash.
-
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ‘Amr bin al-Ash, Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, Ibn ‘Umar, dan lainnya.
Tsabit al-Bannani, dua orang putranya yaitu ‘Amr dan ‘Umar, ‘Atha’ al-Khurasani dan lainnya.
7.
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash bin Wail as-Sahmi al-Qursyi Abu Muhammad.
-
Beliau adalah sahabat yang mendengarkan langung hadis dari Nabi saw, disamping itu juga dari shabat lain seperti Ubay bin Ka’ab bin Qais, Surâqah bin Malik.
Syu’aib bin Muhammad, Abu Zur’ah, Aus bin Aus dan lainnya.
b.      Kritikus hadis
1.      Fadhal bin Sulaiman
2.      Hisyam bin ‘Ammar
Penilaian kritikus hadis:
a.       Ibn Hibban menyebutkannya di dalam ats-Tsiqat.
b.      Al-‘Ijli: tsiqah, shadiq.
c.       Abu Hatim: dia shadiq akan tetapi ketika usianya telah tua hafalannya berubah.
d.      Ibn Ma’in: tsiqah.

Para kritikus hadis menilai Hisyam bin ‘Ammar  sebagai seorang perawi yang dapat dipercaya, namun hafalannya memburuk ketika telah tua.
3.      Muhammad bin ‘îsa bin Sumai’
Penilaian para krtikus hadis:
a.        Abu Hatim: seorang guru yang hadisnya boleh ditulis namun tidak dapat dijadikan hujah.
b.      Ibn Hajar: shadiq, sering salah dalam meriwayatkan hadis, seorang mudallis, tertuduh berfaham al-Qadariyyah.
c.       Abu Dawud: laisa bihi ba’sun. tetapi dicurigai berfaham al-Qadariyyah.

Para kritikus hadis menilai Muhammad bin ‘îsa bin Sumai’ sebagai perawi yang hadisnya tidak dapat dijadikan hujah, selain itu dia seorang mudallis. Riwayat mudallis memakai lafal  yang mengindikasikan pendengaran langsung dapat diterima, namun dia tetap cacat karena dituduh pelaku bid’ah.
4.      Muhammad bin Abî Zu’aizi’ah.
Penilaian kritkus hadis:
a.       Abu Hatim: tidak usah menyibukan diri dengan hadis-hadisnya. Mungkar al-hadîts.
b.      Ibn Hibban: salah satu Dajjal, dia meriwayatkan hadis-hadis palsu.
c.       Al-Bukhari: munkar al-hadits jiddan. Hadisnya tidak boleh dituliskan.
Para kritikus hadis mencela Muhammad bin Abî Zu’aizi’ah sebagai seorang perawi yang tidak bisa dipercaya, sering memalsukan hadis, bahkan oleh Ibn Hibban disebut Dajjal yang menunjukan bahwa dia seorang pendusta.
5.      ‘Amr bin Syu’aib
Komentar  para kritikus hadis:
a.       Yahya bin Sa’id al-Qaththan: jika yang meriwayatkan darinya adalah seorang yang tsiqah, maka riwayatnya bisa dipercaya.
b.      Yahya bin Ma’in: tsiqah jiak ia meriwayatkan dari seorang yang tsiqah
c.       Abu Hatim: tidak kuat (laisa bi qawiy) akan tetapi hadisnya boleh ditulis.
d.      Abu Zur’ah: dia tsiqah, akan tetapi para kritikus membicarakannya karena kelemahan pada tulisannya (bi sabâb kitabin) miliknya.
e.       Al-Bukhari: kebanyakan ashab kami berhujah dengan hadis yang diriwayatkannya dari ayahnya dari kakeknya.
Ada cacat para diri Amr bin Syu’aib yang menjadi perbincangan para kritikus hadis, namun menurut al-Bukhari hadis dari ayah dari kakeknya dapat dijadikan hujah, hadis ini adalah dari ayahnya dari kakeknya.
6.      Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah
Penilaian para kritikus hadis :
a.       An-Nawawi: dia tsiqah, dan sebagain kritikus mengingkari bahwa ia mendengarkan hadis dari kakeknya pengingkaran mereka itu salah.
b.      Ibn Hibban menganggapnya tsiqah.
c.       Adz-Dzahabi: shadiq.
Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah dinilai terpercaya oleh para krtikus, dan riwayatnya dari kakeknya yaitu sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, diperselisihkan, ulama yang menganggapnya benar adalah an-Nawawi sebagaimana telah disebutkan.
7.      Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.
Beliau adalah seorang sahabat yang utama, dia diizinkan oleh Rasulullah saw untuk mencatat semua perkataan Rasulullah saw baik ketika beliau saw sedang senang maupun ketika sedang marah.
c.       Kesimpulan sanad
-          Sanad tidak mengandung syadz ataupun illat.
-          Akan tetapi terdapat perawi yang dianggap sebagai pendusta.
-          Hadis pendukung diatas terdapat periwayat sahabat yang sama dengan hadis utama, yaitu: Hisyam bin ‘Ammar, Muhammad bin ‘isa bin Sumai’, Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah, ‘Amr bin Syu’aib, Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah, dan ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.
B.     PENELITIAN MATAN
a.      Perbandingan matan
Matan antara hadis utama dan hadis pendukung tidak terdapat perbedaan.
b.      Pembahasan
Sejauh ini tidak menemukan ayat al-qur’an yang mendukung dengan adanya doa sebelum makan. Yang ada hanya menjelaskan tentang agar senantiasa memilih makanan yang baik.
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. al-Baqarah: 168).
Akan tetapi ada beberapa hadis tentang membaca basmalah sebelum makan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ
Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan yang tidak diawali dengan membaca bismillah sebelum makan. (HR. Muslim dan Ahmad).
Sebab Wurud Hadis: Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Apabila kami makan satu nampan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami tidak berani mengambil makanan, hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengawali mengambilnya. Suatu ketika, kami makan satu nampan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba ada anak kecil nyeruduk untuk mengambil makanan, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya. Kemudian datang lagi orang badui nyeruduk untuk mengambil makanan, dan tangannya langsung dipegang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ بِهَا فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا، فَجَاءَ بِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَدِهَا
Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan yang tidak diawali dengan membaca bismillah sebelum makan. Setan datang dengan memanfaatkan anak kecil ini agar bisa ikut menyantap makanan. Lalu akupun memgang tangannya. Kemudian setan datang lagi dengan memanfaatkan orang badui itu agar bisa ikut menyantap makanan, lalu aku pegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan itu sedang saya pegang bersamaan saya memegang tangan kedua orang ini. (HR. Ahmad 23249 dan Muslim 2017)
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan anak kecil agar ketika makan, diawali dengan membaca basmalah.
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ. فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ
“Wahai anakku, bacalah “bismilillah”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Selanjutnya seperti itul cara makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)
c.       Kesimpulan matan
-          Matan tidak mengandung syadz ataupun illat.
C.    KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan terhadap hadis doa sebelum makan yang cukup masyhur ini, dapat ditarik kesimpulan, bahwa:
1.      Hadis ini dikeluarkan oleh dua ulama dalam kitab tuntunan amal sehari-hari yakni Ibn Sunni di dalam A’mal al-Yaum wa al-Lailah dan ath-Thabrani di dalam ad-Du’a. kedua kitab ini bukanlah sumber hadi yang diakui otoritasnya secara penuh.
2.      Dari penelitian terhadap sanad keduanya, dapat disimpulkan bahwa kedua jalur riwayat tersebat melalui seorang rawi yang lemah, bahkan dituduh pendusta yang bernama Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah. Oleh karena itu meskipn terdapat dua jalur, tetap tidak dapat “ditolong”, karena keduanya melalui satu rijal yang tidak bias dipercaya.
3.      Hadis doa sebelum makan ini termasuk hadis dhaif.

Thursday 18 December 2014

PENELITIAN HADIS "Doa Sebelum Makan"

Posted by Unknown at 10:41 0 comments


PENELITIAN HADIS
HADIS DOA SEBELUM MAKAN

A.    PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari perkara-perkara yang sederhana dan mendasar seperti makan, minum hingga perkara-perkara yang rumit dan kompleks. Salah satu bentuk aturan islam dalam aspek kehidupan adalah dianjurkannya berdoa sebagai pengiring perbuatan, baik sebelum maupun sesudahnya. Dalam hal ini adalah doa sebelum makan. Doa sebelum makan ini sering diajarkan pada anak-anak. Sebuah doa yang terbaik adalah doa yang ma’tsur. Yakni doa yang berasal dari hadis Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami tertarik untuk meneliti hadis doa makan yang selama ini diajarkan dan diamalkan di lembaga pendidikan, seperti sekolah dan TPA atau TPQ

B.     HADIS DOA MAKAN
A’mal al-Yaum wa al-Lailah, Bab Ma Yaqul fi ath-Tha’am Idza Qaruba Ilaih Juz II, Hal 327, Nomor : 456, Cet Muassasah ar-Risalah, Beirut edisi Faruq Hammadah.



C.    HADIS PENDUKUNG
Hadis doa makan tersebut ditakhrij oleh Ibn Sunnî di dalam A’mal al-Yaum wa al-Lailah, Bab Ma Yaqul fi ath-Tha’am Idza Qaruba Ilaih Juz II, Hal 327, Nomor : 456, Cet Muassasah ar-Risalah, Beirut edisi Faruq Hammadah. Dengan lafal sanad dan matannya sebagai berikut:



Hadis ini juga ditakhrij ole hath-Thabrani di dalam ad-Du’a, bab , Bab al-Qaulu ‘Inda Khudur ath-Tha’am Juz I, Hal 278, Nomor : 888, Cet Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut edisi Musthafa ‘Abd al-Qadîr Atha . Dengan lafal sanad dan matannya sebagai berikut:




D.    BAGAN PERAWI




A.    BIODATA PERAWI
a.      Biografi
No
Nama lengkap
Tahun Lahir-Wafat
Guru
Murid
1.
Fadhal bin Sulaiman
(Biodata tidak ditemukan)
-
-
-
2.
Hisyam bin ‘Ammar  bin Nashir bin Maisarah as-Sulami atau azh-Zhifri ad-Dimasyqi
w. 245 H
Ibrahim bin Musa al-Makki, Radîh bin ‘Athiyah al-Quraisyi, Sa’id bin Yahya dan lainnya.
Fadhal bin Sulaiman, Abu ‘Ubaid al-Qasim,
3.
Muhammad bin ‘isa bin al-Qasim bin Sumai’ ad-Dimasyqi Mula Mu’awiyah al-Quraisyi
w. 206
Zaid, Waqid, Humaid ath-Thawil, Ubaidullah bin ‘Umar, Ruh bin al-Qasim, Ibn Abi Dzi’bin dan lainnya. 
Hisyam bin ‘Ammar, ‘Abd al-Rahman bin Yahya, al-‘Abbas bin al-Walid ad-Dimasyqi dan lainnya.
4.
Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah.
-
‘Atha’, Nafi’, ‘Amr bin Syu’aib dan lainnya.
Muhammad bin ‘Isa bin Sumai’,menurut Ibn Hajar, muridnya ini adalah satu-satunya murid yang dimiliki rawi ini.
5.
‘Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash
-
Ayahnya yaitu Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr, Sa’id bin al-Musayyab, Thawus, dan lainnya.
Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah, Hassa bin ‘Athiyyah, az-Zhuhri, Ibn Juraij dan lainnya.
6.
Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash.
-
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ‘Amr bin al-Ash, Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, Ibn ‘Umar, dan lainnya.
Tsabit al-Bannani, dua orang putranya yaitu ‘Amr dan ‘Umar, ‘Atha’ al-Khurasani dan lainnya.
7.
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash bin Wail as-Sahmi al-Qursyi Abu Muhammad.
-
Beliau adalah sahabat yang mendengarkan langung hadis dari Nabi saw, disamping itu juga dari shabat lain seperti Ubay bin Ka’ab bin Qais, Surâqah bin Malik.
Syu’aib bin Muhammad, Abu Zur’ah, Aus bin Aus dan lainnya.
b.      Kritikus hadis
1.      Fadhal bin Sulaiman
2.      Hisyam bin ‘Ammar
Penilaian kritikus hadis:
a.       Ibn Hibban menyebutkannya di dalam ats-Tsiqat.
b.      Al-‘Ijli: tsiqah, shadiq.
c.       Abu Hatim: dia shadiq akan tetapi ketika usianya telah tua hafalannya berubah.
d.      Ibn Ma’in: tsiqah.

Para kritikus hadis menilai Hisyam bin ‘Ammar  sebagai seorang perawi yang dapat dipercaya, namun hafalannya memburuk ketika telah tua.
3.      Muhammad bin ‘îsa bin Sumai’
Penilaian para krtikus hadis:
a.        Abu Hatim: seorang guru yang hadisnya boleh ditulis namun tidak dapat dijadikan hujah.
b.      Ibn Hajar: shadiq, sering salah dalam meriwayatkan hadis, seorang mudallis, tertuduh berfaham al-Qadariyyah.
c.       Abu Dawud: laisa bihi ba’sun. tetapi dicurigai berfaham al-Qadariyyah.

Para kritikus hadis menilai Muhammad bin ‘îsa bin Sumai’ sebagai perawi yang hadisnya tidak dapat dijadikan hujah, selain itu dia seorang mudallis. Riwayat mudallis memakai lafal  yang mengindikasikan pendengaran langsung dapat diterima, namun dia tetap cacat karena dituduh pelaku bid’ah.
4.      Muhammad bin Abî Zu’aizi’ah.
Penilaian kritkus hadis:
a.       Abu Hatim: tidak usah menyibukan diri dengan hadis-hadisnya. Mungkar al-hadîts.
b.      Ibn Hibban: salah satu Dajjal, dia meriwayatkan hadis-hadis palsu.
c.       Al-Bukhari: munkar al-hadits jiddan. Hadisnya tidak boleh dituliskan.
Para kritikus hadis mencela Muhammad bin Abî Zu’aizi’ah sebagai seorang perawi yang tidak bisa dipercaya, sering memalsukan hadis, bahkan oleh Ibn Hibban disebut Dajjal yang menunjukan bahwa dia seorang pendusta.
5.      ‘Amr bin Syu’aib
Komentar  para kritikus hadis:
a.       Yahya bin Sa’id al-Qaththan: jika yang meriwayatkan darinya adalah seorang yang tsiqah, maka riwayatnya bisa dipercaya.
b.      Yahya bin Ma’in: tsiqah jiak ia meriwayatkan dari seorang yang tsiqah
c.       Abu Hatim: tidak kuat (laisa bi qawiy) akan tetapi hadisnya boleh ditulis.
d.      Abu Zur’ah: dia tsiqah, akan tetapi para kritikus membicarakannya karena kelemahan pada tulisannya (bi sabâb kitabin) miliknya.
e.       Al-Bukhari: kebanyakan ashab kami berhujah dengan hadis yang diriwayatkannya dari ayahnya dari kakeknya.
Ada cacat para diri Amr bin Syu’aib yang menjadi perbincangan para kritikus hadis, namun menurut al-Bukhari hadis dari ayah dari kakeknya dapat dijadikan hujah, hadis ini adalah dari ayahnya dari kakeknya.
6.      Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah
Penilaian para kritikus hadis :
a.       An-Nawawi: dia tsiqah, dan sebagain kritikus mengingkari bahwa ia mendengarkan hadis dari kakeknya pengingkaran mereka itu salah.
b.      Ibn Hibban menganggapnya tsiqah.
c.       Adz-Dzahabi: shadiq.
Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah dinilai terpercaya oleh para krtikus, dan riwayatnya dari kakeknya yaitu sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, diperselisihkan, ulama yang menganggapnya benar adalah an-Nawawi sebagaimana telah disebutkan.
7.      Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.
Beliau adalah seorang sahabat yang utama, dia diizinkan oleh Rasulullah saw untuk mencatat semua perkataan Rasulullah saw baik ketika beliau saw sedang senang maupun ketika sedang marah.
c.       Kesimpulan sanad
-          Sanad tidak mengandung syadz ataupun illat.
-          Akan tetapi terdapat perawi yang dianggap sebagai pendusta.
-          Hadis pendukung diatas terdapat periwayat sahabat yang sama dengan hadis utama, yaitu: Hisyam bin ‘Ammar, Muhammad bin ‘isa bin Sumai’, Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah, ‘Amr bin Syu’aib, Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah, dan ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.
B.     PENELITIAN MATAN
a.      Perbandingan matan
Matan antara hadis utama dan hadis pendukung tidak terdapat perbedaan.
b.      Pembahasan
Sejauh ini tidak menemukan ayat al-qur’an yang mendukung dengan adanya doa sebelum makan. Yang ada hanya menjelaskan tentang agar senantiasa memilih makanan yang baik.
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. al-Baqarah: 168).
Akan tetapi ada beberapa hadis tentang membaca basmalah sebelum makan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ
Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan yang tidak diawali dengan membaca bismillah sebelum makan. (HR. Muslim dan Ahmad).
Sebab Wurud Hadis: Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Apabila kami makan satu nampan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami tidak berani mengambil makanan, hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengawali mengambilnya. Suatu ketika, kami makan satu nampan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba ada anak kecil nyeruduk untuk mengambil makanan, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya. Kemudian datang lagi orang badui nyeruduk untuk mengambil makanan, dan tangannya langsung dipegang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ بِهَا فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا، فَجَاءَ بِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَدِهَا
Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan yang tidak diawali dengan membaca bismillah sebelum makan. Setan datang dengan memanfaatkan anak kecil ini agar bisa ikut menyantap makanan. Lalu akupun memgang tangannya. Kemudian setan datang lagi dengan memanfaatkan orang badui itu agar bisa ikut menyantap makanan, lalu aku pegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan itu sedang saya pegang bersamaan saya memegang tangan kedua orang ini. (HR. Ahmad 23249 dan Muslim 2017)
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan anak kecil agar ketika makan, diawali dengan membaca basmalah.
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ. فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ
“Wahai anakku, bacalah “bismilillah”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Selanjutnya seperti itul cara makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)
c.       Kesimpulan matan
-          Matan tidak mengandung syadz ataupun illat.
C.    KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan terhadap hadis doa sebelum makan yang cukup masyhur ini, dapat ditarik kesimpulan, bahwa:
1.      Hadis ini dikeluarkan oleh dua ulama dalam kitab tuntunan amal sehari-hari yakni Ibn Sunni di dalam A’mal al-Yaum wa al-Lailah dan ath-Thabrani di dalam ad-Du’a. kedua kitab ini bukanlah sumber hadi yang diakui otoritasnya secara penuh.
2.      Dari penelitian terhadap sanad keduanya, dapat disimpulkan bahwa kedua jalur riwayat tersebat melalui seorang rawi yang lemah, bahkan dituduh pendusta yang bernama Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah. Oleh karena itu meskipn terdapat dua jalur, tetap tidak dapat “ditolong”, karena keduanya melalui satu rijal yang tidak bias dipercaya.
3.      Hadis doa sebelum makan ini termasuk hadis dhaif.

 

Catatanku Template by Ipietoon Cute Blog Design